Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ruang Kosong (Part 8)

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Ruang Kosong (Part 8)

By : Muhshal Misbah

******

Ibu turun ke bawah untuk membuka pintu. Kalau saja tangan ibu tidak menahannya lebih dulu, Johan pasth sudah berhasil melesat masuk.

" Kenapa, Mar ? " tanya Johan mengerutkan dahinya.

" Mungkin nada suaraku tidak cukup membuatmu mengerti kalau aku tidak bisa menerima kehadiranmu " jelas ibu agak sebal.

" Marida, ayolah, aku tidak tahu apa penyebab sikapmu menjadi seperti ini.. " kata Johan sambil memindahkan tangan ibu yang menahan dadanya sejak tadi lalu ia melesat masuk dan mengistirahatkan tubuhnya di sofa. " silahkan kau kunci pintunya kembali. Aku tidak mau mengalami hal yang serupa seperti waktu itu " perintah Johan seraya menarik sedikit ujung bibirnya.

Pria itu seperti sedang menahan sesuatu yang bergejolak. Dia memandang ibu penuh nafsu. Dia menepuk di sofa sebelahnya " Duduklah.. ".

Ibu mengacuhkan Johan yang sejak tadi terus memandanginya. Ibu mengayun langkah kembali ke kamarnya.

" Wah, kau sang menggoda kalau cemberut seperti itu " goda Johan lalu ia mengikuti ibu ke kamar.

Sesampainya di kamar, ibu langsung mengunci pintunya. Tak lama berselang, suara ketukan pintu meninju telinga ibu.

" Johan pulanglah ! Tidak ada yang bisa ku lakukan untukmu ! " marah ibu begitu ia melepas pantatnya di sisi ranjang sambil menoleh ke arah pintu. Raut wajah kesal tergambar jelas di wajah ibu.

Suara ibu yang terdengar gusar tak membuat suara ketukan itu berhenti, malah semakin keras dan keras.

" Mar, aku baru bercerai dengan istriku. Tolonglah aku, aku tidak dapat menahannya walau satu hari saja " suara Johan yang terdengar memohon tidak membuat ibu merasa iba. Bodo amat.

Ibu tak mengatakan apapun lagi sampai Johan berusaha melabrak pintu.

" Kau gila ?! Apa yang kau lakukan di rumahku ?! " ibu bangkit berdiri menatap tajam ke arah pintu.

Johan tak juga berhenti memukul-mukul pintu dengan keras. Ibu tak dapat membendung emosinya yang sudah sampai di ubun-ubun. Ia pergi ke depan cermin dan meraih botol minyak wangi yang biasa di pakai suaminya kemudian berbalik menuju pintu untuk membukanya.

Belum sepenuhnya pintu membuka, tubuh Johan seolah terlempar ke dalam memeluk tubuh ibu sekuat tenaga yang ia punya. Botol minyak wangi yang di pegangi ibu sejak tadi menggelinding ke lantai lalu parkir di bawah tempat tidur. 

Johan menyeret tubuh ibuku ke ranjang lalu menindihnya. Ibu tak mampu bersuara, bahkan ia tidak berteriak minta tolong. Sejenak ia menikmatinya ketika satu tangan pria itu mulai mempelintir roknya sementara satu tangannya yang lain melilit di bagian lehernya.

Wajah pria itu tepat berada di atas wajah ibu. Dia menatap mata ibu untuk sementara sebelum mencoba untuk melumat bibirnya yang menggoda.

Ibu ahirnya memberikan perlawanan. Kakinya meronta-ronta hingga membuat seprei yang sebelumnya tertata rapi menjadi berantakan.

Johan menekan tubuh ibu dengan sekuat tenaga yang ia punya. Dia begitu brutal. Ibu menahan wajah johan yang hampir menjilati lehernya dengan kedua tangannya. Tapi usaha ibu tidak mampu menghentikan Johan. Alhasil, sekarang lidah johan berselancar di leher ibu.

Johan tak lagi menekan tubuh ibuku sekuat tadi ketika lidahnya mulai menari-nari di bawah telinga ibuku.

Entah kekuatan dari mana yang masuk ke tubuh ibu hingga ibu mampu mengangkat tubuhnya dan keduanya terjatuh ke lantai.

Meskipun demikian, Johan belum berniat melepaskan ibu. Kini dia kembali membetulkan posisinya agar berada tepat di atas ibuku.

Ibu meraih botol minyak wangi yang terjatuh tadi di bawah tempat tidur yang kebetulan tidak jauh darinya.

" Aaakh ! "

Johan mengerang kesakitan sambil memegangi kepalanya setelah botol minyak wangi tersebut membentur kepalanya dengan keras. Ia melayangkan sebuah tamparan ke wajah ibuku, dalam sekejap pula sekali lagi botol minyak wangi itu menghantam bagian telinganya. Tenaga ibu lumayan juga yang membuat Johan berkunang-kunang.

Ibu mendorong tubuh johan yang masih menindihnya ke samping. Dengan sigap ia bangkit. Kedua tangannya dengan cekatan meraih kursi di depan meja hias membantingnya ke punggung Johan.

Johan merasakan sakit yang teramat sangat di bagian punggungnya. Perlahan ia mengangkat tubuhnya dengan berpegangan pada sisi ranjang dengan kedua tangannya.

" Aku ingat sekali aku sudah memperingatkanmu ! " kata ibu yang kasian melihat Johan.

Johan yang mengemban rasa sakit di bagian punggung seperti tak mendengar apapun.

Ia berdiri menegakkan tubuhnya sambil memegangi bagian punggungnya yang sakit.

Ibu melempar botol minyak wangi yang masih dalam pelukan jari-jarinya ke sudut kamar. Ia menaruh kursinya ke tempat semula. Johan sudah menghilang dari balik pintu. Ibu mengatur nafasnya yang masih tersengal-sengal dan mengumpulkan tenaganya.

Ibu beranjak ke luar kamar. Johan sudah benar-benar pergi. Terdengar suara mobilnya yang meninggalkan rumah. Ibu berdiri di ujung tangga sambil menimang-nimang untuk turun ke bawah atau tidak. Kepalanya terasa pusing.


*BERSAMBUNG KE PART 9….*


Semoga Bermanfaat
“ Tinggalkan Sebuah Komentar Anda Berupa Kritik/Saran Yang Bersifat Membangun”

Wassalam

Teuku Taufik
Teuku Taufik Hi, Taufik disini dan Saya adalah seorang pembelajar yang menyukai kegiatan Blogging, Digital Marketing, Traveling

Post a Comment for "Ruang Kosong (Part 8)"